Jumat, 13 Desember 2013

LAPORAN ANNELIDA

A.  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati struktur morfologi dan anatomi pada cacing tanah.
B.  Dasar Teori
Annelida dalam bahasa latin, annulus= cincin, atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan pltyhelminthes dan nematyhelminthes, annelida merupakan hewan triploblastik yang sudah memiliki rongga tubuh sejati atau hewan selomata. Namun annelida merupakan hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana. Filum annelida terdiri dari cacing berbuku-buku seperti cacing tanah. Perkembangan buku-buku badan ini memungkinkan adanya pembentukan fungsi yang berbeda dalam ruas badan (segmentasi) yang berbeda. Annelida memiliki coelom yang besar untuk mengakomodasi organ dalam yang lebih kompleks. Terdapat sekitar 12,000 jenis di laut, air tawar, dan daratan, terbagi menjadi tiga kelas (Alvyanto, 2010:31).
Jumlah Annelida yang telah dikenal sekitar 15.000 spesies dengan ukuran yang bervariasi, dari yang panjangnya 1 mm hingga 3 m. Annelida dapat hidup di berbagai tempat, baik di air tawar, air laut, atau daratan. Umumnya hidup bebas, meskipun ada yang bersifat parasit. Cacing ini mempunyai tingkatan lebih tinggi dibanding dengan kedua kelompok  cacing yang telah dibahas sebelumnya. annelida memiliki bentuk tubuh bilateral, dengan tubuh beruas-ruas dan dilapisi lapisan kutikula nonchitinous serta dilengkapi pula oleh sejumlah bristle chitin yang disebut setae. Cacing ini terbagi sesuai dengan ruas-ruas tubuhnya terbagi sesuai dengan ruas-ruas tubuhnya dan satu sama lain dibatasi dengan sekat (septum). Pembuluh darah, sistem saraf, dan sistem ekskresi di setiap segmen saling berhubungan melewati septa. Meskipun demikian, antara ruas satu dengan ruas lainnya tetap berhubungan sehingga terlihat seperti cincin yang terkoordinasi (Budiyanto, 2013: 13).
Cacing tanah merupakan hewan hemafrodit, mereka melakukan pembuahan secara silang. Sel sperma yang dipertukarkan disimpan dalam klitelum untuk kemudian diselubungi mukus (lendir) mebentuk kokon. Kokon dilepas dalam tanah dan berkembang menjadi embrio yang siap menjadi individu baru. Perkembangan vegetatifnya dengan cara fragmentasi tubuh yang diikuti dengan regenerasi. Cacing-cacing yang termasuk dalam filum ini, hidup didalam tanah yang lembab, dalam laut, dan dalam air. Pada umumnya annelida hidup bebas, beberapa juga termasuk parasit. Disamping tubuhnya bersegmen, juga tertutupi oleh kutikula yang merupakan hasil sekresi dari epidemis dan sudah ada rongga tubuh. Simetri bilateral berbentuk seperti gelang. Memiliki ronnga badan tripblastik. Ruas tubuhnya segmen disebut sistem pencernaan lengkap atau sempurna. Annelida yang hidup ditanah berperan penting dalam memperbaiki struktur tanah untuk pertanian dan mengembalikan mineral yang penting untuk menjaga kesuburan tanah. Bersifat metameri (antara segmen yang satu dengan segmen yang lainnya sama baik bentuk luar maupun alat-alat tubuhnya. Memiliki tiga penyusun tubuh yaitu endoderma, mesoderma, dan ektoderma (Unaya, 2012:42).
C.  Metode Praktikum
1.      Waktu dan tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
       Hari/Tanggal   : Rabu/20 Mei 2013
       Pukul               : 15.00-17.00 WITA
       Tempat            : Laboratorium Zoology Lantai II
                                 Fakultas Sains dan Teknologi
                                 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
                                 Samata-Gowa.
2.      Alat dan Bahan
a.       Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah  gunting, pinset, cawan petri, lup, mikroskop trinokuler, dan papan seksi. .
b.      Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah cacing tanah (Lumbricus terresteris).
3.      Cara kerja
Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
a.    Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan.
b.    Mencuci cacing tanah tersebut dengan menggunakan air.
c.    Mengamati struktur morfologi cacing tanah dengan menggunakan lup
d.   Menggambar struktur morfologi cacing tanah pada lembar kerja.
e.    Membedah cacing tanah tersebut dengan menggunakan gunting dan pinset.
f.     Mengamati struktur anatomi cacing tanah dengan menggunakan mikroskop trinokuler,
g.    Menggambar struktur anatomi cacing tanah tersebut pada lembar kerja.
h.    Menentukan bagian-bagian gambar cacing tersebut.
D.  Hasil dan Pembahasan
1.      Hasil Pengamatan
a.       Cacing Tanah (Lumbricus terresteris).
Gambar       : Morfologi
                                                                   Keterangan:
1.      Mulut
2.      Anterior
3.      Klitelum
4.      Segmen
5.      Alat kelamin
6.      Segmen
7.      Posterior
8.      Anus






Gambar       : anatomi
                                                                   Keterangan:
1.      Anus
2.      Klitellum
3.      Septum
4.      Lapisan otot
5.      Nefridium
6.      Selom
7.      Esofagus
8.      Saluran sperma
9.      Wadah mani
10.  Ganglion
11.  Urat saraf
12.  Setae
13.  Mulut
14.  Otak
15.  Faring
16.  Hati
17.  Vesikula seminalis
18.  Ovarium
19.  Pembuluh darah
20.  Tembolok
21.  Rempela
22.  Usus
2.      Pembahasan
a.       Morfologi
Cacing tanah tidak memiliki kaki. Memiliki kerutan (seta) disepanjang tubuhnya yang dapat dijulur-kerutkan (bergerak sperti spiral). Bagian belakangnya berfungsi sebagai penahan (jangkar). Klitelum merupakan organ pembentukan telur. Warna bagian punggung (dorsal) adalah coklat sampai keunguan. Warna bagian bawah (ventral) adalah krem. Pada bagian depan (anterior) terdapat mulut tak bergigi. Pada bagian belakang (posterior) terdapat anus. Cacing tanah bertubuh tanpa kerangka yang tersusun oleh segmen-segmen fraksi luar dan fraksi dalam yang saling berhubungan secara integral. Diselaputi oleh epidermis berupa kutikula (kulit kaku) berpigmen tipis dan seta. Kecuali pada dua segmen pertama bagian mulut.
b.      Anatomi
Tubuh cacing tanah sebagian besar terdiri dari air dan tersusun atas segmen-segmen (sekitar 95 segmen) yang dapat menyusut dan meregang untuk membantu cacing bergerak didalam tanah. Cacing tanah tidak memiliki tulang, gigi, mata, telinga, dan kaki. Cacing tanah memiliki lima jantung. Cacing tanah memiliki organ perasa yang sensititf terhadap cahaya dan sentuhan (reseptor sel) untuk membedakan perbedaan intensitas cahaya dan merasakan getaran di dalam tanah. Selain itu, mereka juga memiliki kemoreseptor khusus yang bereaksi terhadap ransangan kimia. Organ-organ perasa pada cacing tanah terletak di bagian anterior (depan/muka). Kepala cacing tanah terletak pada bagian yang paling dekat dengan klitellum. Mereka biasanya bergerak searah bagian kepala menghadap saat berpindah tempat. Klitelium adalah segmen pada cacing tanah (mirip korset) tempat kelenjar sel. Untuk bersenggama.  Fungsinya untuk membentuk kokon (kepompong) dari sekresi lendir dimana sel-sel telur akan diletakkan nantinya didalam kokon ini.
c.       Sistem organ
1.      Sistem pencernaan
Cacing tanah akan memakan apa saja yang bersifat organik yang dapat diuraikan dan harus lembab. Cacing tanah tidak bisa makan makanan yang kering. Mula-mula makanan dicerna di mulut, dan diteruskan ke esofagus, kemudian di bawah ke crop. Setelah menuju crop, makanan tersebut diteruskan ke empedal, lalu ke proventrikulus, dan dilanjutkan ke usus, kemudian keluar melalui kloaka. Kotoran tersebut bermanfaat bagi tanaman.
2.      Siklus hidup
Sepasang cacing tanah dewasa dapat berkembang biak hingga menghasilkan 1500 ekor cacing dalam satu tahun. Populasi cacing tanah mengalami peningkatan hingga 100% setiap 4-6 bulan. Cacing tanah akan membatasi perkembangbiakan mereka agar sesuai dengan makanan  yang tersedia dan ukuran tempat hidup mereka. Cacing tanah adalah hewan hemafrodit. Meskipun hemafrodit tidak bisa melakukannya sendiri. Cacing tanah dapat kawin sekali setiap sepuluh hari, dan dari perkawinan itu dapat menghasilkan satu atau dua kepompong. Satu kepompong dapat menampung hingga 10 telur, namun biasanya 4 cacing mudah yang dapat menetas. Telur cacing tanah dapat menetas hingga 3 minggu jika cuaca hangat, namun bisa mencapai 3 bulan jika cuaca dingin. Saat cacing tanah siap keluar kepompong berubah warna menjadi kemerahan dan berukuran sebesar biji anggur. Anak cacing tanah yang baru menetas berukuran sekitar 1,2 cm.
3.      Sistem ekskresi
Cacing tanah dengan cacing pipih memiliki sistem ekskresi yang berbeda. Cacing tanah memiliki sistem ekskresi khusus yang terdapat pada setiap segmen tubuhnya. Alat ekskresi ini dinamakan nefridium. Pada setiap segmen tubuh cacing tanah terdapat sepasang nefridium. Hanya tiga segmen pertama dan segmen terakhir saja yang tidak terdapat alat ekskresi ini. Nefridium dilengkapi dengan corong bersilia dan terbuka yang terletak pada sekat pemisah antar segmen tubuh. Alat ini disebut nefrostom. Nefrostom berfungsi sebagai penarik cairan tubuh dari satu segmen ke segmen lainnya. Sedangkan sisa metabolisme akan dikelauarkan melalui sebuah lubang yang disebut nefridiopori. Saat silia pada nefrostom bergetar, cairan tubuh dari segmen di sebelahnya akan mengalir kedalam nefridium. Pada nefridium ini, zat berguna seperti glukosa dan ion-ion diserap oleh darah untuk dialirkan melalui pembuluh kapiler. Sedangkan zat sisa seperti air, senyawa nitrogen, dan garam yang tidak berguna oleh tubuh dikeluarkan melalui nefridiopori.
4.      Sistem respirasi
Cacing tanah tidak memiliki alat pernafasan khusus maka ia menggunakan permukaan tubuh/ kulitnya sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida. Tubuh cacing tertutup oleh selaput bening dan tipis yang disebut kutikula. Kutikula ini selalu lembap dan basah. Karena permukaan kulit (epidermis, pori-pori dorsal) cacing tanah memiliki kelenjar yang berlendir, yang berfungsi membasahi kulitnya tersebut. Melalui selaput inilah terjadi difusi antara oksigen dengan karbondioksida yang kemudian diteruskan kedalam pembuluh darah sehingga kebutuhan oksigen tubuh terpenuhi. Dibawah kulit cacing tanah terdapat kapiler-kepiler darah, melalui kapiler inilah, oksigen berdifusi masuk, lalu oksigen ditangkap atau diikat oleh hemoglobin yang terkandung dalam darah cacing untuk selanjutnya diedarkan keseluruh tubuh. Gas hasil respirasi yaitu karbondioksida dikeluarkan dari tubuh juga melalui permukaan kulitnya.
5.      Sistem reproduksi
Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembentukan gamet, memiliki klitelium sebagai alat kopulasi. Klitelium adalah struktur reproduksi yang mensekresi cairan dan membentuk kokon tempat deposit telur. Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi. Organ seksual Annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hemafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris) melalui larva trochophore berenang bebas.

d.      Habitat
Cacing tanah dapat hidup dan berkembang biak pada habitat alami dan habitat buatan manusia. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi cacing tanah pada habitatnya. Habitat alami cacing tanah hidup dan berkembang biak. Suhu atau temperatur tanah yang ideal untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokonnya berkisar antara 15oc – 25oc. Suhu tanah yang lebih tinggi dari 25oc masih cocok untuk cacing tanah tetapi harus diimbangi dengan kelembapan yang memadai dan naungan yang cukup.
e.       Klasifikasi
Adapun klasifikasi pada Lumbricus terresteris adalah sebagai berikut:
Kingdom    : Animalia
Phylum       : Annelida
Kelas           : Oligochaeta
Ordo           : Lumbriciales
Famili          : Lumbricidae
Genus         : Lumbricus
Spesies        :Lumbricus rubellus (Arisandi, 2012).
E.  Kesimpulan dan Saran
1.      Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah strktur morfologi pada cacing tanah yaitu mulut, anterior, klitellum, organ kelamin, posterior, dan anus. Sedangkan untuk struktur anatominya yaitu anus, klitellum, septum, lapisan otot, nefridium, selom, esofagus, saluran sperma, wadah mani, ganglion, urat saraf, seta, mulut, otak, faring, hati, vesikula seminalis, ovarium, pembuluh darah, krop, rempela, dan usus.
2.      Saran
Adapun saran saya pada praktikum ini adalah sebaiknya cacing tanah tersbut diberikan dulu larutan eter atau alkohol, agar cacing yang akan diamati mati. Sehingga proses pembedahan tidak sulit.
DAFTAR PUSTAKA
Alvyanto. Filum Annelida. Semarang: Sahabat Tiga, 2010.
Budiyanto. Ternak Cacing Tanah. Jakarta: Universitas Jakarta Press, 2013.
Unaya, wandi. Annelida. Surabaya: Jaya, 2012.






4 komentar: