A. Tujuan
Adapun tujuan
diadakannya praktikum ini adalah untuk melihat struktur histologi jaringan
saraf.
B. Dasar Teori
Jaringan saraf terdiri
atas tiga unsur, unsur berwarna abu-abu yang membentuk sel saraf, unsur putih
serabut saraf dan neuroglia, sejenis sel pendukung yang dijumpai hanya dalam
sistem saraf dan yang menghimpun serta menopang sel saraf dan serabut saraf.
Setiap sel saraf dengan prosesusnya (juluran) disebut neuron. Sel saraf terdiri
atas protoplasma yang berbulir khusus dengan nukleus besar dan dinding del
seperti pada sel lainnya. Berbagai juluran timbul sel saraf, juluran timbul
darinsel saraf, juluran ini mengantarkan ransangan saraf kepada dan dari sel
saraf (Pearce, 2005: 18).
Neuron
sering disebut sebagai aferen, atau sensorik, eferen, atau motorik, dan
interneuron, yang bukan bersifat sensorik maupun motorik tetapi menghubungkan
neuron dengan neuron lain. Neuron aferen dan eferen terletak sebagian besar di
luar sistem saraf pusat (otak dan saraf kabelnya) dalam sistem saraf perifer, sementara
interneuron, yang pada manusia adalah 99% dari semua neuron dalam tubuh,
terletak sepenuhnya dalam sistem saraf pusat. Neuron aferen yang terhubung ke
reseptor. Reseptro berfungsi untuk mengubah ransangan lingkungan eksternal dan
internal menjadi sinyal saraf, yang dilakukan oleh neuron aferen ke dalam
sistem saraf pusat. Disini sinyal dapat dianggap sebagai sensasi dasar. Sinyal
saraf juga pindah ke neuron eferen, yang membawa mereka melaui sistem saraf perifer ke efektor,
seperti otot atau kelenjar (Anson, 2006:709).
Sebuah
neuron atau sel saraf, mungkin menganggap banyak bentuk, tergantung pada fungsi
dan lokasi, jenis tipikal ditunujkkan dalam diagram. Dari sel tubuh berinti
memperpanjang proses sitoplasma dari dua jenis, satu atau lebih dendrit dalam
semua tetapi neuron sederhana, dan akson tunggal. Seperti nama dendrit
menunjukkan, proses ini seringkali deras bercabang. Mereka, dan seluruh
permukaan tubuh sel, adalah aparat reseptif sel saraf, sering mencari informasi
dari beberapa sumber yang berbeda sekaligus. Beberapa masukan ini ransang,
menyebabkan sinyal yang akan dihasilkan dan disebabkan, dan lainnya adalah
penghambatan, membuat generasi sinyal dan propagasi kecil kemungkinannya
(Anson, 2006: 709).
Apabila
jaringan dilihat dibawah mikroskop, terlihat bahwa jaringan saraf tersusun atas
neuron dan neuroglia. Neuron merupakan jaringan dasar sistem saraf. Bentuk yang
paling besar merupakan badan sel. Mempunyai ukuran yang bervariasi sesuai
posisi sel dan fungsinya. Setiap sel memiliki bentuk nukleus yang tetap dan
protoplasmanya bergranula. Sel-sel membentuk badan abu-abu otak dan medula
spinalis. Sel-sel tersebut mengalami beberapa proses. Dendrit merupakan
percabangan pendek tempat impuls saraf masuk ke dalam sel dan akson (silinder
aksis) merupakan serat tunggal tempat impuls keluar dari sel. Panjang akson
bervariasi dari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter dan menghubungkan
sel ke bagian ujung. Serabut saraf membentuk badan putih pada otak dan medula
spinalis (Watson, 2002:68-69).
C. Metode Praktikum
1. Waktu
dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya
praktikum ini adalah sebagai berikut:
Hari/Tangga : Selasa/14 Mei 2013
Pukul : 13.00 – 15.00
Tempat : Laboratorium Zoologi Lantai II
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Samata-Gowa.
2. Alat
dan Bahan
a. Alat
Adapun alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah mikroskop trinokuler.
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah preparat awetan sel saraf.
3. Cara
kerja
Adapun
cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan
semua alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Mengamati
preparat sel saraf pada mikroskop tersebut.
c. Mengamati
bagian-bagian yang ada pada gambar tersebut.
d. Menggambar
pada lembar kerja.
e. Menentukan
bagian-nagian gambar.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Pengamatan
a. Struktur
histologi jaringan saraf
Bahan : sel saraf
Keterangan:
1. Badan
sel
2. Dendrit
3. Akson
4. Selubung
mielin
5. Nodus
ranvier
6. Sel
schwan
7. sinapsis
2. Pembahasan
Jaringan saraf merupakan jenis ke empat
dan jaringan dasar terdapat hampir di seluruh jaringan tubuh sebagai jaringan
komunikasi. Dalam melaksanakan fungsinya, jaringan saraf mampu menerima ransang
dari lingkungannya, mengubah ransang tersebut menjadi impuls, meneruskan impuls
tersebut menuju pusat dan akhirnya pusat akan memberikan jawaban atas rangsang
tersebut. Rangkaian kegiatan tersebut dapat terselenggara oleh karena bentuk
sel saraf yang khas yaitu mempunyai tonjolan yang panjang dan bercabang-cabang.
Selain berkemampuan utama dalam
merambatkan impuls sejenis sel saraf berkemampuan bersekresi seperti halnya sel
kelenjar endokrin. Sel saraf demikian dimasukkan dalam kategori neroen-dokrin
yang sekaligus menjadi penghubung antara sistem saraf dan sistem endokrin. Jaringan
saraf sebagai suatu sistem komunikasi biasanya dibagi menjadi Systema nervorum centrale dan Systema nervorum periferum.
Stimulus diterima oleh sel saraf
reseptor, kemudian informasi yang diterima oleh sel saraf sensoris, untuk
diteruskan keotak yang dalam perjalanannya melalui sel-sel saraf konektor.
Kemudian informasi yang sampai di otak diolah, diinterpretasi kemudian
memberikan jawaban terhadap informasi yang diterima. Dalam memberikan informasi
yang diterima aliran informasi itu dibawah dari otak ke sel-sel saraf motorik,
kemudian terjadilah respon berupa gerakan.
Sel saraf yang dinamakan pula sel neuron
berbeda dengan sel-sel dari jaringan dasar lainnya, karena adanya
tonjolan-tonjolan yang panjang dari badan selnya. Oleh karena itu sel saraf
dibedakan menjadi badan sel, dendrit dan neurit. Badan sel bagian sel saraf
mengandung inti, maka kadang-kadang bagian ini disebut pula sebagai perikaryon.
Bentuk dan ukuran dapat beraneka ragam, tergantung fungsi dan letaknya. Inti
sel biasanya terletak sentral, walaupun kadang-kadang dapat eksentrik. Biasanya
berbentuk bulat dan berukuran besar. Didalamnya terdapat butir-butir khromatin
halus yang tersebar. Nukleulus biasanya besar sehingga kadang-kadang dapat
disangka sebagai intinya sendiri.
Dendrit berfungsi sebagai pembawa
rangsangan ke badan sel. Akson berfungsi membawa rangsangan meninggalkan badan
sel. Sinapsis berfungsi meneruskan rangsangan dari ke sel saraf yang lain.
Selubung mielin berfungsi untuk membungkus sel schwan dan akson. Sedangkan
nodus ranvier berfungsi untuk melindungi impuls.
Organela lain dalam sel saraf yang
meluas sampai tonjolan-tonjolannya yaitu yang dinamakan nerofibril. Dengan
berbagai teknik histologi dapat ditunjukkan adanya serabut-serabut halus
khususnya dalam axon. Apa yang dilihat sebagai miofibril dengan mikroskop
cahaya, ternyata dengan M.E. terdiri atas berbagai bentuk misalnya sebagai
mikrotubuli, nerofilamen dan aktin.
E.
Kesimpulan
dan Saran
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini
adalah bahwa struktur histologi jaringan saraf yaitu nukleus, badan sel,
lapisan mielin, akson, nodus ranvier, dan ujung-ujung saraf.
2. Saran
Saran saya adalah sebaiknya kita
mengambil sampel pada percobaan ini, misalnya pada bagian kulit manusia atau
kulit kodok supaya kita dapat melihat betul-betul jaringan saraf yang terdapat
pada organ tersbut.
DAFTAR
PUSTAKA
I’Anson,
dkk. Zoology. San Fransisco
California: Thirteenth Edition, 2006.
Pearce,
Evelyn. Anatomi dan Fisiologi.
Jakarta: Gramedia, 2005.
Watson,
Roger. Anatomi dann Fisiologi.
Jakarta: EGC, 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar